Life Style

Komorbid tak Sebabkan Reaksi Alergi Usai Vaksinasi

Komorbid tak Sebabkan Reaksi Alergi Usai Vaksinasi


Reaksi terhadap vaksin Covid-19 bisa bervariasi.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Masyarakat yang memiliki komorbid tidak perlu risau untuk menjalani vaksinasi Covid-19. Karena penyakit penyerta tidak menimbulkan risiko munculnya reaksi alergi setelah mendapat vaksin.

Dokter spesialis penyakit dalam Tunggul D Situmorang, yang juga menjabat President of Indonesian Society of Hypertension (InaSH), mengatakan reaksi terhadap vaksin Covid-19 bervariasi. Ada yang tidak menunjukkan reaksi ada juga yang mengalami reaksi seperti mengantuk atau pegal.

“Oleh karena itu, ada observasi 30 menit setelah divaksin,” kata Tunggul, Jumat (25/4). Gejala yang muncul setelah vaksin Covid-19 dapat meliputi nyeri bekas suntikan, bengkak dan kemerahan di bekas suntikan, sakit kepala atau demam.

BACA JUGA :  Tip Hemat Kuota Saat Nonton Netflix Berjam-jam

Kondisi itu bisa diamati dalam kurun 30 menit setelah individu mendapatkan suntikan vaksin. Pasien tidak akan mendapat vaksinasi bila memang sensitif terhadap komponen yang ada dalam vaksin, sehingga akan menimbulkan reaksi bila tetap disuntikkan.

Oleh karenanya, penerima vaksin harus melewati beberapa tahapan untuk memastikan dirinya dalam kondisi sehat untuk mendapat suntikan vaksin. Pasien akan diukur tekanan darah, lalu ditanyai petugas untuk mengetahui apakah ada gejala akut seperti pernah mengalami nyeri dada atau sakit kepala hebat.

BACA JUGA :  Orang Tua Berperan Besar dalam Karier Musik Bruno Major

Mengidap hipertensi bukan alasan untuk khawatir mendapatkan suntikan vaksinasi Covid-19 asalkan pasien rutin mengonsumsi obat, sehingga darah tingginya terkontrol serta tidak ada gejala-gejala yang mengindikasikan hal akut. Kekhawatiran ini muncul juga akibat belum banyaknya data mengenai efek vaksin terhadap pasien hipertensi.

Namun, melihat pengidap hipertensi di luar negeri yang sudah menerima vaksin di luar Indonesia dapat disimpulkan tidak ada halangan mendapat vaksinasi, terutama bila penyakit ini terkontrol dengan obat-obatan.

sumber : Antara





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 − four =

Trending

Ke Atas