Life Style

Masih Ragu Pakai Face Shield? Ini Kata Pakar

Masih Ragu Pakai Face Shield? Ini Kata Pakar


Face Shield dapat jadi pelengkap masker dalam pencegahan penularan Covid-19.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Pelindung wajah atau face shield menjadi bagian penting dari kondisi normal baru. Pemakaiannya bisa menjadi pelengkap masker wajah sebagai perlindungan dasar, terutama saat harus beraktivitas di luar rumah.

Saat memakainya, pastikan seluruh area wajah terlindungi, dari telinga kanan ke telinga kiri, dari dahi ke dagu. Tidak boleh ada celah sedikitpun antara bagian pelindung yang dikaitkan di kepala dengan bagian perisai plastiknya.

Keuntungan face shield dibandingkan masker adalah tidak harus dilepas ketika harus makan di tempat umum. Selain itu, orang lain bisa melihat ekspresi dan mendengar ucapan pemakai face shield lebih jelas daripada saat memakai masker, selain sifatnya yang mudah dibersihkan.

Face shield harus dibersihkan setiap hari menggunakan air dan sabun, keringkan dengan saksama sebelum digunakan kembali,” ungkap Paul Tambyah, pakar penyakit menular dari Fakultas Kedokteran Universitas Nasional Singapura, dikutip dari Straits Times.

Bagaimanapun, beberapa orang merasa aneh saat akan memakainya. Sebagian masih canggung, tidak nyaman, atau belum terbiasa mengenakannya di tempat umum, seperti halnya ketika bermasker. Pakar menganjurkan untuk lebih fokus pada manfaat pemakaiannya.

BACA JUGA :  Apple Watch Tahun 1988 Bisa Dijual Hingga Rp 717 Juta 

Jenis proteksi yang diberikan pelindung wajah berbeda dari masker. Masker melindungi orang lain di sekitar dari kuman atau virus yang Anda bawa. Pelindung wajah melakukan sebaliknya, melindungi Anda dari infeksi virus yang kemungkinan dibawa orang-orang di sekitar.

Menurut Amesh Adalja, dokter dari Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Baltimore, pelindung wajah bisa jadi akan menggantikan masker untuk pencegahan Covid-19.

“Saya pikir ada lebih banyak bukti yang mendukung penggunaannya,” ujar Adalja.

Salah satunya tertuang dalam studi yang terbit di Journal of the American Medical Association. Pelindung wajah terbukti mengurangi paparan virus hingga 96 persen ketika dipakai di hadapan orang yang batuk dengan jarak 18 inci.

Pada jarak sosial yang dianjurkan, yakni sejauh enam kaki atau dua meter, perlindungannya terhadap paparan virus mencapai 92 persen. Selain itu, face shield juga melindungi area mata, sementara masker hanya menutupi hidung dan mulut.

Meski menawarkan sejumlah manfaat tambahan dibandingkan masker, face shield juga punya kelemahan. Dokter spesialis penyakit menular anak di Pusat Klinik Anak Cleveland, Frank Esper, mengatakan kelemahan itu adalah bahan pembuatnya.

BACA JUGA :  IndisFest 2021 Gandeng New York Film Academy

Face shield terbuat dari plastik, permukaan yang tepat di mana virus corona jenis baru bisa bertahan hidup. Virus tersebut diketahui lebih mungkin bertahan di plastik dibandingkan bahan berpori seperti kain, kertas, atau kardus.

Itu sebabnya pembersihan berkala tidak boleh dilewatkan. Selain mencuci dengan air dan sabun, bisa juga menggunakan lap antibakteri selama pemakaian. Pasalnya, tetesan pernapasan saat bersin atau bicara bisa bertahan di face shield.

Para dokter dan tenaga medis wajib memakai gabungan masker dan pelindung wajah karena kombinasi itu dianggap memberikan perlindungan terbaik terhadap penyebaran virus. Akan tetapi, menurut Esper, cukup sulit meminta masyarakat melakukan hal sama.

Menurut dia, butuh waktu membiasakan masyarakat global memakai masker dan face shield sekaligus. “Orang-orang masih sulit diminta memakai salah satunya, apalagi meminta mereka untuk memakai keduanya,” kata Esper, dikutip dari laman Medical Xpress.





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twenty − 9 =

Trending

Ke Atas