Sport

Menpora minta cabor ubah pola pikir instan pembinaan olahraga

Menpora minta cabor ubah pola pikir instan pembinaan olahraga


Intinya adalah prestasi itu harus di-design

Jakarta (ANTARA) – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali mengintruksikan pada seluruh pengurus cabang olahraga baik di level pusat maupun daerah untuk mengubah pola pikir instan dalam pembinaan olahraga.

Menpora dalam laman YouTube resminya, Minggu, bercerita bahwa kebanyakan cabang olahraga baru akan mempersiapkan diri saat ada turnamen atau kejuaraan semata. Padahal pembinaan harus dilakukan secara kontinyu dan berjenjang tanpa melihat ada turnamen atau kejuaraan.

“Nah hal-hal seperti itu harus kita ubah. Kita biasanya mempersiapkan saat ada turnamen baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Cara-cara ini tidak boleh kita pakai kalau mau berprestasi,” kata Menpora.

Baca juga: Menpora minta stadion di Bali bisa digunakan untuk Sport Tourism

Menurut dia, Grand Design yang kini tengah disusun akan mengubah pola pikir itu. Grand Design keolahragaan nasional memiliki sasaran jangka menengah dan jangka panjang dengan melakukan revitalisasi di berbagai jenjang pembinaan dengan dukungan sport science.

Konsep itu menekankan bahwa prestasi harus dibina sejak usia dini atau saat Sekolah Dasar. Itulah yang mendasari Kemenpora mencetuskan gagasan untuk menyusun grand design keolahragaan.

BACA JUGA :  Bandara Soedirman Purbalingga Batal Beroperasi 22 April

“Intinya adalah prestasi itu harus di-design. Kita harus membuat pabrik prestasi tidak bisa dengan ‘nemu’ untuk dibina atau by accident setelah itu tidak ada pelapis-pelapis yang berada di bawahnya untuk itu harus didesain tidak boleh by accident,” kata dia.

Ia mencontohkan Vietnam yang kini menjadi salah satu kekuatan menakutkan di Asia Tenggara khususnya di ajang sepak bola, atas hasil pembinaan berjenjang serta terarah sejak 10 tahun yang lalu.

Baca juga: Menpora minta calon pelatih memiliki jiwa kepemimpinan

Sementara di Indonesia, kata dia, pola latihan yang diterapkan banyak yang salah kaprah. Pemain-pemain sepakbola usia dini dilatih dengan cara-cara yang tak sesuai dengan usianya. Mereka dilatih persis seperti pola yang diterapkan untuk senior.

BACA JUGA :  Madrid Open batal digelar karena pandemi belum terkendali

“Satu hari saya kunjungan ke daerah, saya ke SSB, enggak kursus enggak apa pelatihnya. Saya tanya bagaimana cara melatih?, ‘Saya melatih dengan cara yang saya dapatkan waktu main di senior’, Bayangkan usia 8-10 tahun dilatih dengan cara senior, nah itu yang harus kita benahi secara perlahan-lahan,” kata dia.

Adapun grand design keolahragaan nasional saat ini dalam tahap finalisasi dan uji publik bersama para pemangku kepentingan olahraga di beberapa daerah di Indonesia.

Baca juga: Menpora: Grand Design Keolaharagaan penting untuk prestasi olahraga

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2020



Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 − thirteen =

Trending

Ke Atas