Life Style

Meski tak Ada Keluhan, Orang Tua Tetap Perlu Periksakan Kesehatan Mata Anak

Meski tak Ada Keluhan, Orang Tua Tetap Perlu Periksakan Kesehatan Mata Anak


Dokter sebut skrining mata penting tanpa perlu menunggu adanya keluhan.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Orangtua sebaiknya memeriksakan mata anak-anak mereka ke dokter walau tidak ada keluhan apa pun, menurut dr. Zoraya A Feranthy, SpM, dari Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia. “Skrining rutin mata penting, tidak harus menunggu ada keluhan. Banyak penyakit mata yang bisa kita cegah,” kata dia dalam sebuah acara kesehatan di Jakarta, Rabu (23/11/2022).


Zoraya mengatakan, bayi setelah lahir dapat langsung mendapatkan pemeriksaan pada matanya. Ini untuk mendeteksi berbagai penyakit bawaan seperti katarak dan glaukoma bawaan.


Pemeriksaan mata dini juga dapat mendeteksi miopi atau rabun jauh yang dialami anak-anak. Anak dengan kondisi rabun jauh seringkali memberikan gambaran dengan memicingkan matanya saat melihat objek jauh.

BACA JUGA :  Ini 10 Makanan Terbaik untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh


“Kalau memegang suatu objek misalnya gawai, dia suka dari dekat,” ujar Zoraya yang mendapatkan gelar dokter spesialis mata dari Universitas Padjadjaran Bandung itu.


Miopi pada prinsipnya kondisi saat terjadi ketidaksesuaian antara panjang bola mata dengan kekuatan optiknya sehingga seseorang tidak bisa memfokuskan cahaya pada retina. Kondisi ini membutuhkan lensa minus untuk bisa menjatuhkan bayangan tepat di retina.


“Sehari-hari tidak tampak ada keluhan tidak ada salahnya skrining. Kita harus lebih hati-hati. Bisa jadi anak tidak memberikan gambaran sama sekali tetapi ternyata minusnya (sudah) tinggi,” kata dia.

BACA JUGA :  Realme 7 Power Squad akan Menjadi Icon Launch Event


Zoraya menuturkan kondisi mata minus dianggap sebagai gangguan refraksi tertinggi dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pada tahun 2050, setengah populasi dunia akan mengalami mata minus.


Berbicara penyebab, menurut dia, jarangnya anak terpapar matahari akibat pandemi yang mengharuskan mereka di rumah sehingga terus menggunakan penglihatan jarak dekat, kurang vitamin D, dan faktor genetik merupakan di antaranya.


“Apakah faktor genetik mutlak? Tidak, bisa juga dipengaruhi nutrisi, kebiasaan, lingkungan dan lainnya,” demikian kata Zoraya.

sumber : Antara





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5 × four =

Trending

Ke Atas