Nasional

Pemuda Tidak Diberdayakan Indonesia Terancam Kehilangan Peluang Bonus Demografi

Pemuda Tidak Diberdayakan Indonesia Terancam Kehilangan Peluang Bonus Demografi

TEDEPAN.ID – Indonesia menghadapi masa puncak bonus demografi pada 2020-2024. Ada banyak keuntungan dari bonus demografi tersebut. Sebaliknya, bila tidak dimanfaatkan bisa menjadi bencana.

Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI) Turro Wongkaren mengatakan, bonus demografi jika tidak dimanfaatkan akan menjadi sebuah “bencana”.

Bagi Indonesia, masa bonus demografi terjadi pada rentang 2012-2036 dengan puncaknya di 2020-2024. Saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai 270 juta orang. Proporsinya, 70 persen berada di usia produktif (15-60 tahun). Sebagian besar di antaranya merupakan kelompok pemuda (16-30 tahun).

Turro Wongkaren mengingatkan, jika pemuda tidak diberdayakan, maka bukan tidak mungkin Indonesia justru membuang peluang bonus demografi. Nantinya pemuda menjadi beban yang sangat berat bagi negara. Hal itu berpotensi berdampak lebih buruk lagi, Indonesia mengalami kemunduran.

Agar bonus itu dapat menjadi nilai tambah bagi Indonesia, maka pemuda harus dimanfaatkan. Begitu juga pemuda harus kreatif. Jika tidak, maka akan menjadi beban negara.

BACA JUGA :  Menko Airlangga Kunjungi Kedai Kopi Alumni Program Kartu Prakerja

“Supaya dapat berperan dalam pembangunan, maka pemuda memastikan untuk bekerja dan tidak menjadi beban. Di sisi lain, meningkatkan sikap positif terhadap pembangunan berkelanjutan,” kata Turro Wongkaren.

Pendapat tersebut diungkapkan juga dalam diskusi pada peluncuran Centre for Youth and Population Research (CYPR), Jumat (11/6). Diskusi itu digelar secara daring dan luring. CYPR merupakan sebuah lembaga riset yang berfokus pada kepemudaan dan kependudukan.

Diskusi itu turut dihadiri oleh praktisi dan tokoh nasional. Seperti, mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Emil Salim; dan mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Andrinof Chaniago.

Direktur Eksekutif CYPR Dedek Prayudi mengungkapkan, pihaknya memegang peran untuk mendorong sinergi antar pemberdayaan pemuda dengan perubahan pemahaman dan perilaku terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu dikedepankan budaya sadar dan peduli risiko (risk culture dan awareness), terutama terhadap lingkungan.

BACA JUGA :  Menko Airlangga : Pemerintah Tingkatkan Kapasitas RS di Kabupaten/Kota Zona Merah dan BOR Tinggi

“Kini, pengelolaan lingkungan hidup berada di tangan generasi muda. Bonus demografi adalah peluang mendorong produktivitas,” kata Dedek Prayudi.

Dedek menyebut, saat ini banyak aktivitas ekonomi yang berdampak negatif terhadap lingkungan hidup. Dampak itu menimbulkan seperti polusi udara, sampah plastik, dan lainnya.

Menjawab tantangan tersebut, pemberdayaan pemuda dalam kerangka bonus demografi adalah membangun pendekatan budaya sadar dan peduli risiko.

Andrinof Chaniago selaku pembina CYPR menyampaikan bahwa bonus demografi menjadi sumber tantangan ganda, baik bagi generasi milenial maupun generasi selanjutnya. Tantangan itu adalah kelebihan penduduk usia produktif dan peningkatan jumlah orang yang mencari pekerjaan, serta kemajuan teknologi digital. Oleh karena itu, kesempatan kerja harus ditingkatkan, sehingga bonus demografi tersebut tidak terbuang.

[source]

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eighteen − 13 =

Trending

Ke Atas