Politik

Sempitnya Segmentasi Partai Ummat Dinilai Jadi Kelemahan

Sempitnya Segmentasi Partai Ummat Dinilai Jadi Kelemahan


Pengamat menilai sempitnya segmentasi Partai Ummat jadi kelemahan serta kekuatan.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai Partai Ummat yang baru dideklarasikan Amien Rais berupaya untuk menyasar basis pemilih muslim yang mazhab politiknya berseberangan dengan pemerintah. Di satu sisi pilihan untuk mempersempit segmentasi pemilih adalah kelemahan, namun di sisi lain akan berubah menjadi kekuatan jika segmen basis digarap dengan serius. 


“Ini artinya, secara tidak langsung partai-partai yang punya segmentasi dan basis pemilih yang sama akan mendapat kompetitor baru terutama bekas partainya lamanya,” kata Pangi dalam keterangan tertulisnya.

BACA JUGA :  'Jenderal Santri' Moeldoko dan Respons Demokrat AHY


Pangi melihat, sebagai politikus senior, Amien dinilai sudah menghitung secara  matang dan mengevaluasi perjalanan politiknya selama ini. Pembentukan Partai Ummat walaupun secara eksplisit mempersempit ruang gerak partai baru ini namun pemilih di segmen ini masih sangat besar yang belum tergarap dan terwakili secara politik. 


“Sejalan dengan itu, tentu kita juga akan bertanya tanya, apa diferensiasi dengan partai Islam lainnya, apakah partai terbuka atau tertutup, apakah partai berbasis figur/massa, partai berbasis ideologi, apakah partai IT, atau partai kader?,” ujarnya.


Pangi juga memandang upaya Amien Rais untuk membangun kembali kekuatan politiknya patut diapresiasi. Menurutnya di usia Amien yang sudah tidak lagi dianggap muda, Amien masih punya energi dan semangat besar untuk membangun partai politik baru.

BACA JUGA :  Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Deklarasi Dukung Anies-Muhaimin


“Sudah menjadi rahasia umum ini bukan pekerjaan mudah” ucapnya.


Menurutnya tak menutup kemungkinan loyalis Amien Rais, yang menganggap Amin Rais adalah guru politiknya akan merapat ke Partai Ummat. Meskipun saat ini sebagian masih bertahan di PAN dengan alasan pragmatis maupun transaksional mengamankan posisi dan kepentingan jabatan politik.


“Semoga ijtihad politik Amien Rais kali ini untuk melawan kezaliman dan menegakkan keadilan yang saya dengar-dengar selama ini menjadi platform ideologi partainya bisa diwujudkan, namun tetap trayek politik yang tidak lah mudah,” ujarnya. 


 





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four − one =

Trending

Ke Atas