Hukum

Ada Temuan Baru, Komnas HAM akan Umumkan Rekomendasi TWK KPK

Ada Temuan Baru, Komnas HAM akan Umumkan Rekomendasi TWK KPK


Komnas HAM segera mengumumkan hasil penyelidikan dugaan pelanggaran HAM dalam TWK.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera mengumumkan hasil penyelidikan dugaan pelanggaran HAM dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Rencananya, rekomendasi tersebut akan diumumkan pada Senin (16/8) pekan depan.


“Rencana kami umumkan tanggal 16 Agustus 2021,” kata Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik saat dikonfirmasi, Rabu (11/8). 


Taufan mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman dan finalisasi laporan. Menurut Taufan, ada banyak temuan yang harus diperdalam lebih lanjut. “Mesti kami perdalam, perlu kroscek supaya lebih valid, ” ujar Taufan. 


Sebelumnya, Komisioner Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Choirul Anam menunda penyampaian laporan lantaran adanya temuan baru maka Komnas HAM harus kembali menyusun konstruksi dugaan pelanggaran hak asasi tersebut. Anam mengatakan, konstruksi yang sudah ada akan diperbaiki kembali dengan memasukkan temuan baru tersebut.


“Bila tidak dimasukkan juga, sayang karena sebagai satu temuan dari sebuah proses dan bentuk pertanggungjawaban Komnas HAM juga. Dari segi substansi, kalau ini tidak dimasukkan, ya, Komnas HAM tidak memiliki sesuatu yang sangat kuat. Makanya, fakta baru ini kami anggap sebagai sesuatu yang memang bisa untuk menunda,” ungkap Anam.


Lebih lanjut, Anam mengatakan, fakta baru ini sudah diklarifikasi oleh pihak-pihak terkait dan jadi kebenaran yang kuat. Namun, ia tak mau memaparkan lebih lanjut soal temuan tersebut karena semuanya akan dipublikasikan di laporan akhir.


Di saat Komnas HAM masih terus melakukan penyelidikan, sebanyak 11 pegawai KPK nonaktif terus berjuang dan menggugat keterbukaan informasi kepada Komisi Informasi Pusat. Gugatan ini diajukan karena tidak dipenuhinya permintaan informasi atas TWK. 

BACA JUGA :  Kejagung Mengaku Sudah Sita Ratusan Miliar Terkait Kasus Korupsi PT Timah


“Sesuai dengan Pasal 18 ayat (2) huruf a Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, masing-masing pegawai yang mengajukan permohonan informasi dapat memperoleh data data pribadi seperti hasil Tes Wawasan Kebangsaan ini,” kata perwakilan pegawai KPK nonaktif, Hotman Tambunan, Rabu (11/8).


“Syaratnya adalah memberikan persetujuan tertulis kepada Pejabat Pengelola Informasi dan Data untuk mengakses informasi dimaksud. Para pegawai KPK teleh mengajukan permohonan melalui mekanisme PPID sesuai dengan undang-undang, namun KPK tetap tidak memberikan informasi hasil TWK,” tambah Hotman.


Hotman menuturkan, informasi yang diajukan oleh para pegawai KPK antara lain, dasar hukum penentuan unsur-unsur pengukuran asesmen TWK, dasar hukum penentuan kriteria, kertas kerja assessor, berita acara penentuan lulus atau tidak lulus, serta hasil asesmen TWK masing-masing pegawai.


Hotman menegaskan, gugatan keterbukaan informasi ini akhirnya dilakukan, karena para pegawai telah mengajukan permohonan informasi publik terkait hasil TWK, melalui mekanisme PPID KPK, dalam rentang waktu 28 Mei-9 Juni 2021. Melalui mekanisme PPID, para pegawai telah menunggu 10 dan 7 hari kerja untuk mendapatkan jawaban. 


Selain itu, telah mengajukan keberatan ke atasan PPID KPK, yakni Sekretaris Jenderal. Hasilnya, respons yang disampaikan oleh KPK dalam rentang waktu 5-6 Agustus 2021, permohonan informasi hasil TWK masing-masing pegawai KPK tidak dapat diberikan. “Alasannya, KPK merujuk kepada BKN bahwa hasil TWK pegawai KPK masuk dalam klasifikasi rahasia negara,” ujar Hotman.


Dia mengutarakan, klasifikasi ini bertentangan dengan yang terjadi pada tanggal 5 Mei 2021. Hasil tes wawasan kebangsaan tersebut telah dipertunjukkan kepada beberapa pegawai struktural, namun tak ada akses sama sekali bagi 75 pegawai yang dinyatakan tidak memenuhi syarat. 

BACA JUGA :  Sumpah Pemuda, Pemerintah Diminta Evaluasi Kinerja


Padahal pada pertengahan Juni, lanjut Hotman, Komisioner KIP Arif Kuswardono menyatakan para pegawai berhak mengakses hasil TWK. Hasil asesmen memang menjadi informasi yang dikecualikan untuk diumumkan kepada publik. Namun, informasi itu bersifat umum dan berhak diterima oleh setiap peserta tes.


Untuk tetap bisa mengakses hasil TWK sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008, para pegawai mendaftarkan sengketa informasi kepada Komisi Informasi. Harapannya para pegawai bisa mendapatkan akses informasi hasil TWK. 


Sebab, hasil TWK yang diikuti oleh seluruh pegawai KPK telah menetapkan 75 pegawai KPK berstatus Tidak Memenuhi Syarat (TMS). Dampak dari status TMS tersebut adalah keluarnya SK Nomor 652 Tahun 2021 dan Berita Acara per tanggal 25 Mei 2021 yang ditandatangani oleh 6 Pimpinan lembaga. 


Terlebih dalam SK 652 tersebut, pegawai berstatus tidak memenuhi syarat (TMS) diperintahkan untuk menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada atasan langsung. Sedangkan dalam Berita Acara tertanggal 25 Mei 2021 tersebut, memberhentikan pegawai paling lambat sampai dengan 1 November 2021.


“Di samping itu hasil TWK telah memberi stigma kepada 51 pegawai TMS sebagai warga negara yang tidak bisa dibina. Sehingga sudah sepantasnya, pegawai KPK yang dinyatakan tidak lulus mengetahui alasan-alasan yang disimpulkan oleh para asesor melalui asesmen TWK tersebut,” tegas Hotman.


Seperti diketahui, TWK telah menyingkirkan 75 pegawai KPK berintegritas semisal penyidik senior, Novel Baswedan, Ketua Wadah Pegawai KPK yang juga penyidik Yudi Purnomo, Direktur Sosialisasi dan Kampanye Anti-Korupsi KPK Giri Suprapdiono dan Kasatgas KPK Harun Al-Rasyid.





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 + 1 =

Trending

Ke Atas