Politik

Budayawan Jaya Suprana: Tragedi Suporter Sepak Bola Kanjuruhan Peringatan Yang Maha Esa

Budayawan Jaya Suprana: Tragedi Suporter Sepak Bola Kanjuruhan Peringatan Yang Maha Esa


Tragedi Kajuruhan mengingatkan agar bangsa menghentikan sikap kebencian.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Tragedi meninggalnya 127 orang suporter pertandingan sepak bola antara Arema dan Persebaya mengejutkan publik. Budayawan dan aktivis kemanusiaan, Jaya Suprana, menegaskan tragedi terbunuhnya suporter ini harus disikapi sebagai peringatan dari ‘Yang Maha Esa’ kepada bangsa ini agar segera menghentikan sikap kebencian antarsesama dan terus menjaga persatuan.


”Saya sedih serta sangat memahami atas terjadinya peristiwa ini. Saya bisa merasakan kepedihan dari keluarga para suporter itu. Sekaligus juga, tragedi ini mengingatkan saya kepada rasa sakit, pilu, dan sedih ketika kehilangan keluarga tercinta, yakni ayah saya, terkait tragedi kerusuhan berdarah, yakni pembunuhan di tahun 1965. Saat itu ayah saya menjadi korbannya. Yang paling membuat saya pilu lagi, kenapa peristiwa ini bertepatan dengan hari peringatan kesaktian Pancasila. Kenangan pahit itulah yang membuat saya semakin sedih atas tragedi Kanjuruhan ini,” kata Jaya Suprana, Ahad, (2/10/2022).

BACA JUGA :  Lima kiat jitu kembangkan bisnis di pasar tradisional


Menurut Jaya Suprana, atas peristiwa ‘tragedi Kanjuruhan’ tersebut, maka sudah selayaknya bangsa Indonesia saat sekarang mengibarkan bendera setengah tiang tanda negara ini berduka. Adanya sikap ini diharapkan bisa memunculkan kembali rasa batin bangsa ini untuk kembali saling menyayangi dan menghentikan sikap perpecahan, arogan, dan permusuhan.


”Yang saya sedih lagi, kenapa sekarang bangsa ini saling bermusuhan antarsesama warga. Dahulu 1965, 1998, bahkan pada penyelenggaraan pilpres 2019 kemarin begitu banyak darah tertumpah. Ini semua jelas tak bisa diterus-teruskan. Hentikan segala kebencian dan sikap-sikap arogan. Jangan dibiarkan sebab berbahaya sekali bagi bangsa ini,” tegasnya lagi.


Jaya Suprana lebih lanjut mengatakan, semua anak bangsa Indonesia hendaknya paham akan imbas dari pandemi Covid-19 yang memporak-porandakan kehidupan rakyat. Mereka kini kebanyakan hidup sangat kesusahan, harga bahan pangan naik, pendapatan hilang atau menurun, BBM naik, semuanya kebutuhan hidup naik. Hal ini jelas berbahaya sekali dan imbasnya bisa tampak pada munculnya kekerasan yang tak masuk akal pada pertandingan sepak bola tersebut.

BACA JUGA :  Evaluasi Pelaksanaan PPKM Berlevel, Ini Kata Legislator


”Ingat ya, seratus tahun silam, yakni ketika terjadi pandemi flu Spanyol pada 1920. Sebagai imbas pandemi itu muncul resesi ekonomi dunia (Great Melaise), di Indonesia disebut zaman meleset. Setelah itu muncul perang dunia, yakni perang dunia I dan II. Nah, situasi dunia ini sudah mirip seperti itu. Banyak pemuka agama pun sudah mengingatkan bila situasi kita saat ini sudah mirip sebelum munculnya kerusuhan sosial di 1998 yang juga imbas dari krisis ekonomi. Jadi, sekali lagi saya berharap, tragedi meninggal 127 orang suporter sepak bola menyadarkan kita semua bahwa ini merupakan peringatan dari ‘Sang Maha Esa dan Maha Kuasa,” kata Jaya Suprana.


 


 

Budayawan Jaya Suprana: Tragedi Suporter Sepak Bola Kanjuruhan Peringatan Yang Maha Esa





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four × 3 =

Trending

Ke Atas