Ekonomi

Faisal Basri: Investasi yang Masuk ke Indonesia Tak Berkualitas!

Faisal Basri: Investasi yang Masuk ke Indonesia Tak Berkualitas!


Investasi seharusnya berbasis otak, di bidang Informasi dan Teknologi (IT), riset.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai, investasi yang masuk ke Tanah Air tidak berkualitas. Akibatnya, investasi tersebut kurang mendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Bisa kita lihat, semakin besar investasi yang masuk tetapi pertumbuhannya tidak berkualitas. Itu karena investasi yang masuk sekadar untuk bikin ibu kota, bangun jalur LRT, MRT, dan kereta cepat,” ujarnya dalam diskusi publik secara virtual, Kamis (5/1/2023).

 

Dirinya menganalogikan, investasi yang masuk ke Indonesia kebanyakan investasi berbasis otot atau pembangunan fisik. Jadi bukan berbasis otak seperti investasi di bidang Informasi dan Teknologi (IT), riset, serta pengembangan.

BACA JUGA :  Pertengahan Desember, 80 Pertashop Telah Beroperasi di Sumut

 

Mengutip data Asia Productivity Organization pada 2022, ia menyebutkan sebanyak 83 persen penanaman investasi di Tanah Air berkaitan dengan konstruksi dan bangunan. Kemudian 10 persennya berupa modal bagi non-IT, 4 persen investasi berkaitan dengan pembangunan transportasi, lalu hanya 3 persen di bidang IT.

Dari data itu, tidak ada investasi yang masuk yang berkaitan dengan riset dan pengembangan (R&D). “Ini disayangkan, bila R&D kuat maka ada kemampuan inovasi membangun Indonesia supaya semakin berdaya saing,” tegasnya.

Faisal juga menyebutkan, kontribusi industri manufaktur terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun menjadi 18,3 persen ada kuartal III 2022. Padahal pada 2021 kontribusinya mencapai 29,1 persen.

BACA JUGA :  Kementerian BUMN Luncurkan Program Aksi Donor Plasma

Hal itu menurutnya, mengindikasikan Indonesia mengalami deindustrialisasi dini.

“Bandingkan dengan negara lain, peranan industri kita ke PDB merosot tajam dari level 29 persen dan tahun lalu ke 18,3 persen sampai kuartal III. Maka ada gejala deindustrialisasi dini di sektor industri manufaktur kita yang alami perlambatan sebelum mencapai waktunya atau titik optimumnya,” tutur dia.

Ia pun menuturkan, kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia akan disusul oleh negara Vietnam, dan juga masih di bawah negara China, Korea, Thailand dan Malaysia. Padahal, baginya sektor industri penting, sebab pembentuk kelas menengah yang kuat.





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

18 + seven =

Trending

Ke Atas