Digital

Jihan Hanifah Yasmin, perempuan yang gigih belajar ilmu teknologi

Jihan Hanifah Yasmin, perempuan yang gigih belajar ilmu teknologi



Fokus saya yang penting saya tertarik dan saya ingin belajar agar bisa

Jakarta (ANTARA) – Jihan Hanifah Yasmin, mahasiswi semester dua di Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, berbagi pengalamannya dalam mempelajari ilmu teknologi yang kerap kali dianggap sulit bagi sebagian perempuan.

Belum lama ini, dia mengikuti JuaraGCP, program belajar mandiri daring yang memberi pengembang Indonesia akses ke hands-on Google Cloud lab sambil belajar bersama komunitas dan rekan lainnya.

Dalam program JuaraGCP season 7 yang berlangsung pada 13-30 Januari 2022 itu, peserta mempelajari cloud computing dan teknologi Serverless Architecture di Google Cloud Platform dengan akses gratis selama satu bulan ke Google Cloud Skills Boost.

“Awalnya, saya mengikuti JuaraGCP untuk mengisi liburan. Selain itu, saya juga mengeksplorasi lebih jauh tentang berbagai bidang yang ada di dunia IT,” kata perempuan berusia 20 tahun itu, dikutip melalui keterangannya, Senin.

Baca juga: Nathania Sutedja hapus stigma “software engineer” khusus untuk pria

“Saya merasa ini merupakan kesempatan bagus untuk memenuhi keinginan dan juga rasa penasaran terhadap materi dan lab-lab yang ditawarkan,” lanjutnya.

Selama tiga minggu mengikuti JuaraGCP, Jihan berhasil menyelesaikan 8 quest, yaitu Google Cloud Essentials, Cloud SDK Command Line, Cloud Logging, Optimizing Your Google Cloud Cost, Google Cloud’s Operation Suite, Understanding Your Google Cloud Cost, Perform Foundational Infrastructure Task, dan Create and Manage Cloud Resources.

Jihan mengaku bahwa sebelum mengikuti program JuaraGCP, dia tidak pernah terpikir dan tidak memiliki pengetahuan tentang cloud computing. Bahkan, saat mengikuti tantangan pertama di Create and Manage Cloud Resource quest, dia mengulang sebanyak dua kali.

BACA JUGA :  Deretan Pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2021

“Bukannya ingin menyerah, saya justru semakin penasaran dan memiliki keinginan lebih untuk bisa menyelesaikannya. Setelah itu, saya mulai mencari tahu tentang cloud computing dan tertarik dengan konsep kerjanya,” imbuhnya.

Baca juga: Huawei dorong partisipasi perempuan di teknologi dan keamanan siber

Jihan mengatakan, hal yang paling menarik dari program tersebut adalah hands-on lab yang sangat membantunya untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang cloud computing, karena selain membaca materi, peserta juga dapat mempraktikannya.

Meski cloud computing sering dianggap sulit oleh sebagian perempuan, Jihan mengaku hal tersebut tidak mempengaruhinya sama sekali.

“Jika memang saya merasa kesulitan, berarti itu hanya diri saya yang perlu memberikan usaha lebih, tidak ada sangkut pautnya dengan gender saya. Fokus saya yang penting saya tertarik dan saya ingin belajar agar bisa,” ujar Jihan yang juga tergabung di Google Developer Student Clubs itu.

Menjelang momen Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret, Jihan mengajak para perempuan untuk tidak takut belajar mengenai ilmu teknologi dan berhenti menganggap bahwa ilmu teknologi adalah hal yang sulit.

BACA JUGA :  Nintendo ingin alih model ke layar OLED Samsung yang lebih lega

Baca juga: Hari Perempuan Internasional, kisah peraih mimpi di bidang teknologi

“Saya pernah membaca buku mengenai grit. Singkatnya, grit adalah suatu passion yang tinggi yang juga diiringi oleh ketekunan tinggi. Jika teman-teman merasa takut untuk mempelajari IT karena merasa tidak berbakat, tidak pernah mempelajari IT, atau bahkan karena anggapan bahwa IT sulit bagi perempuan, saya sarankan untuk berhenti berpikir seperti itu dan mulai belajar saja,” katanya.

“Selama teman-teman memiliki keinginan dan ketekunan, saya yakin teman-teman lebih dari bisa untuk mempelajari IT,” lanjutnya.

Apalagi, kata Jihan, saat ini sudah banyak ruang atau sarana yang tersedia untuk belajar seperti kursus online, tutorial di YouTube, buku, dan situs-situs yang bisa didapatkan melalui Google.

“Perempuan juga diberikan kebebasan untuk memilih hal yang ingin dipelajarinya sehingga saya harap teman-teman puan di luar sana bisa memanfaatkan hal ini dengan baik,” pungkasnya.

Baca juga: Tips sukses jadi “software engineer” di perusahaan teknologi

Baca juga: Tips berkarir di industri teknologi untuk perempuan ala Tokopedia

Baca juga: IWAPI dorong perempuan pelaku usaha “melek” digital

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022



Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eight + seventeen =

Trending

Ke Atas