Life Style

Mengapa Seseorang Percaya Horoskop dan Ramalan? Ini Alasannya

Mengapa Seseorang Percaya Horoskop dan Ramalan? Ini Alasannya


Efek Barnum atau Forer membuat seseorang mempercayai ramalan.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Pernah bertanya-tanya mengapa begitu banyak orang percaya pada horoskop? Apakah Anda sendiri pernah mempercayai itu? Semakin kita memahami ketertarikan kita pada ilmu ramalan, kita dapat menghindari menjadi korbannya.


Anda mungkin merasa memiliki kesamaan dengan ramalan yang Anda dengar atau baca. Hal itu tidak mengherankan, karena pada kenyataannya, itulah yang sengaja dirancang. Namun, bagaimana caranya?


Itu karena sesuatu yang disebut efek Barnum atau Forer. Efek ini menjelaskan alasan mengapa kita menemukan diri kita percaya horoskop, peramal, pembaca kartu tarot, dan tes kepribadian palsu.

BACA JUGA :  Kunjungan Wisata Maribaya Lembang Masih di Bawah 10 Persen


Apa itu efek Barnum?


Efek Barnum menyebabkan orang salah percaya deskripsi kepribadian, di mana sebenarnya bisa berlaku untuk siapa saja. Ini dinamai P.T. Barnum, pemain sandiwara abad ke-19 yang membuat namanya mempromosikan hoaks dan lelucon yang menipu.


Efek psikologis ini dapat meyakinkan kita bahwa metode atau orang di balik pernyataan dan prediksi yang tidak jelas seperti itu adalah yang sebenarnya, atau bahkan bahwa mereka memiliki kekuatan gaib.


Eksperimen Forer


Pada tahun 1950-an, seorang psikolog bernama Bertram Forer memfasilitasi eksperimen ini dengan para siswa mulai dari pengantar hingga kursus psikologi. Dia memberikan teks yang sama kepada setiap muridnya, memberi tahu mereka bahwa itu adalah hasil tes kepribadian yang telah mereka isi sebelumnya, dan itu sangat personal.

BACA JUGA :  Diabetes dan Hipertensi Bentuk Parah Long Covid bagi Penyintas Covid-19


Ketika semua siswa menerima teks dengan skor mereka, Forer meminta mereka untuk mengangkat tangan jika mereka pikir itu benar menggambarkan kepribadian mereka. Para siswa bingung ketika mereka melihat bahwa hampir semua tangan terangkat.


Forer kemudian mulai membaca salah satu teks dengan keras. Para siswa tertawa terbahak-bahak, menyadari bahwa semua teks itu sama. Forer sekarang memiliki bukti betapa salahnya penilaian kita dan betapa mudahnya kita bisa tertipu untuk menyetujui deskripsi atau prediksi pseudo-ilmiah tentang diri kita sendiri.


 

sumber : DW





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

one × two =

Trending

Ke Atas