Politik

Danik Sebut Watak Insecure Penghambat Upaya Affirmative

Danik Sebut Watak Insecure Penghambat Upaya Affirmative

TERDEPAN.id, JAKARTA – Langkah-langkah affirmative perempuan di dunia politik melalui UU No. 22 tahun 2007 & UU No. 2 tahun 2008 telah berjalan, namun perlu penguatan dari internal perempuan juga. Fenomena saling sikut dan menjatuhkan dalam persaingan politik perempuan seringkali menjadi isu yang mengiringi upaya affirmatif. Hal itu disampaikan oleh Danik Eka Rahmaningtiyas Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Solidaritas Indonesia dalam Diskusi Online melalui IG Live yang diselenggarakan oleh Puan Melawan pada Jumat malam (20/8/2021).

Danik mengatakan bahwa fenomena saling sikut dan menjatuhkan khususnya pada sesama perempuan disebut internalized misogyny bisa terjadi dimana saja, bukan hanya di dunia politik. Bahkan lanjutnya, saling sikut dan menjatuhkan bisa terjadi bukan hanya pada lingkungan perempuan saja.

BACA JUGA :  Manise Indonesia Kecam Serangan Israel ke Masyarakat Sipil

“Penyebab utamanya karena watak insecure, kebetulan perempuan dibentuk dari lahir menjadi gender yang dipenuhi ancaman & ketakutan. Ketakutan tidak laku lah, jadi perawan tua, mandul lah, dan seterusnya.” Kata Danik yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Politisi yang juga aktif di dunia kesehatan mental ini juga menambahkan bahwa, “Orang insecure itu kan sebenarnya tidak punya harapan dan selalu merasa terancam, jadi sekalinya ada orang yang memiliki karakteristik yang sama ternyata lebih sukses dia akan terganggu.”

BACA JUGA :  PSI Jember Gelar Pembekalan Bacaleg

Payung hukum melalui Undang-Undang sudah ada tinggal membangun mindset saling support antar perempuan. Tentu saja ini jadi PR kita bersama, mulai dari pendidikan formal hingga lingkungan sosial dengan memperbanyak ruang-ruang untuk saling menguatkan perempuan & sharing konsep kesetaraan dengan laki-laki.

“Kualitas perempuan di politik hingga mencapai kesetaraan tentu menjadi goalnya. Namun saat ini kuantitas yang semakin baik harus kita kuatkan bukan malah membunuh dengan mengatakan hanya perempuan tapi tidak kompeten.” Tutup Danik dalam diskusi tersebut. (red)

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

three × four =

Trending

Ke Atas