Ekonomi

Industri Pangan Protein Hewani Mampu Stabil Saat Pandemi

Industri Pangan Protein Hewani Mampu Stabil Saat Pandemi


Perusahaan memiliki beberapa strategi untuk mempertahankan pasar industri peternakan.

TERDEPAN.id, TERDEPAN.id, JAKARTA–Peternakan merupakan salah satu sektor strategis sebagai penyumbang ketersediaan pangan melalui protein hewani. Sebagai perusahaan yang memproduksi bahan pangan, PT Widodo Makmur Perkasa berupaya mengupayakan penyediaan pangan berkualitas sehingga berdampak langsung pada keberlangsungan hidup masyarakat.


Mengacu pada data statistik Meat and Livestock Australia, pemenuhan daging sapi nasional 2020, dari produksi domestik sebesar 43 persen, Australian boxed beef sembilan persen, Australian Cattle (lot-feed) 21 persen, Australian boxed beef offal enam persen, Indian imports 13 persen, dan other suppliers imports delapan persen.


CEO Widodo Makmur Perkasa, Tumiyana, mengatakan perusahaan memiliki beberapa strategi untuk mempertahankan pasar industri peternakan. Industri peternakan berupaya membuka sumber penyediaan sapi bisa dari sumber negara lain. 

BACA JUGA :  Kurangi Emisi Karbon, OJK Dorong Pengembangan Ekonomi Hijau


“Kemudian, meningkatkan kualitas genetik sapi dan pengembangan peternak mandiri. Sektor unggas, perusahaan memastikan penyediaan produk daging ayam yang mengutamakan keamanan pangan dalam kualitas terbaik dan harga yang terjangkau, serta melakukan pengembangan agropreneur muda sebagai ujung tombak pertanian yang berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (22/12).


Menurut Tumiyana kendala yang paling utama dihadapi terkait rantai pasok atau supply chain produk pertanian di Indonesia yang masih sangat terbatas dalam hal pengawasan atau monitoring dan evaluasi atau evaluation. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk melakukan manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien. 


“Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai dan tentunya berdampak ke semua pihak termasuk Grup Widodo Makmur Perkasa, namun berkat manajemen yang baik maka proyeksi hanya turun sekitar 15 persen,” ucapnya.


Adanya berkolaborasi, ditambahkan Tumiyana, berarti melaksanakan peran sebagai corporate citizen yang bertanggung jawab, bukan hanya dalam skema kerja sama tetapi dengan sesungguhnya bersama-sama bekerja mewujudkan kesejahteraan bagi peternak dan masyarakat.

BACA JUGA :  Insentif Kendaraan Listrik Disebut Salah Sasaran


Sementara Direktur Utama Widodo Makmur Unggas Tbk menambahkan industri perunggasan di Indonesia terus berada pada tren peningkatan, tercermin dari pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat. Sepanjang 2019, produksi unggas nasional sebanyak 2.315 juta ton dan konsumsi nasional sebanyak 2.318 juta ton dan pada 2018, produksi dan konsumsi nasional masing-masing sebanyak 2.290 juta ton dan sebanyak 2.294 juta ton. 


“Konsumsi nasional kita tumbuh terus tiap tahun dan kita bersama-sama menjaga keberlanjutan bisnis perusahaan. Selain berfokus pada produk karkas, perusahaan juga melihat potensi diversifikasi pangan dan mulai menyasar segmen makanan olahan melalui lini bisnisnya,” ucapnya.


 


 





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fifteen − 8 =

Trending

Ke Atas