Life Style

Potensi Digital Advertising Dinilai Kian Besar saat Ini

Potensi Digital Advertising Dinilai Kian Besar saat Ini


Media digital atau internet jadi andalan dalam bisnis ini.

TERDEPAN.id, JAKARTA — Era digital saat ini membuat berbagai sektor harus menyesuaikan diri dengan laju perkembangan teknologi bila tidak mau tertinggal dan terpuruk. Berbagai inovasi dan cara kreatifitas manusia sebagai sumber daya utama pun ikut berkembang, menyelaraskan ritme kehidupan digital. Salah satu konsep pemasaran yang muncul dari adaptasi di era ini adalah digital advertising.


Digital advertising dapat didefinisikan sebagai proses memasarkan suatu brand, produk atau layanan dengan menggunakan media digital atau internet. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjangkau target pasar secara lebih cepat dan luas. Karakter saluran internet yang cepat dan terarah membuat komunikasi antara penjual dan pembeli justru semakin efektif dan efisien, seperti melalui browser web, halaman media sosial, blog, aplikasi dan platform lainnya di dunia maya,” kata PR Consultant Vtube Glen P, Ahad (7/2).


Konsep digital advertising, kata dia, adalah sebuah revolusi dalam dunia periklanan. Glen menjelaskan, bila dulu promosi efektif disampaikan dari mulut ke mulut, lalu menggunakan media cetak media penyiaran, maka media internet dengan konsep digital menawarkan kecepatan dan efektifitas kepada penggunanya. 


“Bayangkan, kurang lebih 4,5 miliar penduduk dunia yang menjadi pengguna aktif internet, kini berpotensi menjadi pasar menjanjikan bagi banyak bisnis. Menurut data dari eMarketer(dot)com, hingga tahun 2018, keadaan industri periklanan digital di Asia Pasifik menempatkan Indonesia sebagai negara dengan total belanja media tertinggi, bahkan melampaui Cina dan Singapura. Keadaan ini diproyeksikan akan terus berkembang dan terbukti pada 2019, pengeluaran Indonesia untuk digital advertising berbasis smartphone mencapai Rp 37 triliun,” papar dia.

BACA JUGA :  Waspadai Penularan Covid-19 dari Makan Bersama


Masih menurut Glen, proyeksi ini menarik bagi para pengembang aplikasi digital di Indonesia. Sampai saat ini, mereka menganggap platform digital sebagai opsi terbaik untuk beriklan. Hal ini kemudian menjadi sebuah peluang besar bagi bisnis digital berbasis konten untuk semakin meningkatkan performanya di masa depan.


Salah satu keunggulan konsep digital advertising, kata dia, adalah menyediakan data pemasaran yang rinci, sehingga kegiatan pemasaran pun dapat diimprovisasi setiap saat dengan ketepatan yang presisi dan berdampak besar bagi peningkatan penjualan. Hal ini sangat penting bagi sebuah bisnis, mengingat semakin dinamisnya konsumen seiring perkembangan teknologi yang mereka gunakan.


“Terdapat empat jenis tipe digital advertising yang umum digunakan, yaitu Search Engine Marketing yang menjadikan mesin pencari sebagai media untuk beriklan, contohnya adalah apa yang dilakukan oleh Google dengan adsense-nya,” ujarnya.


Lalu, remarketing/retargeting advertising. Ia mengatakan, produk atau jasa layanan yang dijual ditawarkan kembali kepada konsumen yang telah menunjukkan minat atau pernah membeli produk tersebut, jenis ini sering ditemukan pada platform e-commerce, seperti Tokopedia atau Shopee.Tipe ketiga adalah native advertising yang biasanya muncul di bawah bagian “recommended reading“, “related stories“, atau “promoted stories” dan sesuai dengan konten yang sedang dibaca atau tonton, hal ini seringkali ditemukan di media-media pemberitaan daring. 


Selanjutnya adalah Social Media Marketing yang menggunakan berbagai platform media sosial untuk beriklan. Setiap media sosial, seperti Facebook, Instagram, TikTok, Youtube maupun VTube menerapkan berbagai jenis iklan yang ditampilkan sesuai efektifitas dan efisiensinya masing-masing, seperti display ads, text ads dan video ads,” kata dia.

BACA JUGA :  DJ Radio Jerman Minta Maaf Atas Rasisme Terhadap BTS


Dalam digital advertising, impresi memegang peran penting sebagai parameter intensitas sebuah iklan digital ditayangkan. Besaran impresi akan berpengaruh pada harga yang harus dibayarkan oleh para pengiklan dalam skema yang ditawarkan. 


Glen menjelaskan, adapun beberapa skema dalam digital advertising, antara lain CPC (Cost Per Click), yaitu biaya yang dikeluarkan setiap kali seseorang mengklik iklan; CPM (Cost Per Mille), yaitu biaya untuk menayangkan iklan per 1.000 tayangan iklan; CPL (Cost Per Leads), yaitu biaya untuk setiap klik yang berubah menjadi lead (target konsumen potensial); dan CPA (Cost Per Acquisition), yaitu biaya yang ditentukan dengan membagi jumlah pelanggan baru akibat iklan yang ditayangkan.


“Besarnya biaya yang dikeluarkan para pengiklan pun beragam, namun sebagai contoh untuk kisaran biaya CPM di Indonesia adalah mulai dari 3 dollar Amerika Serikat (AS) dan 20 dollar AS untuk internasional, di luar itu juga bergantung terhadap engagement dari platform yang di tawarkan. Biaya ini nantinya akan dibayarkan kepada platform yang tersedia dan menjadi keuntungan perusahaan,” ujar Glen.


Namun, saat ini banyak juga platform penyedia aplikasi yang membagi keuntungan kepada mitranya supaya mendapatkan engagement lebih dari pada user aplikasi tersebut. Sebagai contoh, uang yang dibayarkan Youtube kepada para content creator (Youtuber), aplikasi Karaoke, aplikasi Live Video streaming, Video Sharing Social networking service dan juga aplikasi yang saat ini sangat ramai diperbincangkan, yaitu VTube, dengan membagikan sebagian keuntungan iklan yang masuk kepada user.





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

17 + four =

Trending

Ke Atas