Umum

111 Tahun Muhammadiyah, Lahirkan Kader-Kader Perempuan Terbaik untuk Bangsa

111 Tahun Muhammadiyah, Lahirkan Kader-Kader Perempuan Terbaik untuk Bangsa

TERDEPAN.id, JAKARTA — Tak terasa organisasi Muhammadiyah sudah memasuki usia ke-111. Sebagai organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah telah melahirkan banyak kader-kader yang telah berkiprah bagi bangsa dan negara. Pada masa perlawanan terhadap penjajah, kita mengenal Jenderal Sudirman serta pahlawan Nasional lainnya. Pasca kemerdekaan banyak sekali tokoh-tokoh Nasional yang lahir dari rahim Muhammadiyah seperti Amin Rais, Busyro Muqaddas mantan pimpinan KPK RI, hingga Wakil Menteri ATR/BPN – Raja Juli Antoni.

Tidak hanya melahirkan kader laki-laki saja, gerakan moderatisme Islam Muhammadiyah juga tidak sedikit melahirkan kader perempuan yang berdiaspora di berbagai sektor publik tingkat nasional. Salah satunya Noordjannah Johantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah 2010-2020 merupakan Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) periode 2003-2008. Pada tahun 1982 Noorjannah mendirikan Yayasan Annisa Swasti (Yasanti), yang diklaim sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perempuan pertama yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dan pemberdayaan bagi buruh.

Gerakan sosial dan keilmuan seperti menjadi nyawa dalam aktivisme kader-kader Muhammadiyah, diantaranya Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin seorang aktivis HAM sekaligus Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan; Rahmawati Husein, Advisory Group United Nation Central Emergency Response Fund (UNCERF) dan Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Siti Syamsiyatun, Ph.D, Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS); Ro’fah Makin, Ph.D, pendiri Pusat Studi & Layanan Disabel UIN Sunan Kalijaga; Khotimun Sutanti, Koordinator Pelaksana Harian LBH APIK; dan Chusnul Mariyah, Presiden Direktur Pusat Pemilihan dan Partai Politik (CEPP).

BACA JUGA :  PSI Kabupaten Bekasi terima puluhan aduan terkait warga belum dapatkan sertifikat rumah

Dalam pergerakan politik, tidak sedikit kader-kader perempuan Muhammadiyah tersebar di berbagai partai politik. Nama-nama mereka tidak asing di kalangan politisi lintas partai, seperti politisi senior Andi Nurpati saat ini tercatat sebagai Deputi Bappilu Partai Demokrat; Danik Eka Rahmaningtiyas, Koordinator Ketua Bidang Eksternal Partai Solidaritas Indonesia; Ulfah Mawardi, Stafsus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sekaligus Ketua Bamusi PDI-Perjuangan; Siar Anggreta Siagian, Wasekjen Partai Nasdem; dan Fitri Gayo, Wasekjen PPP.

Selain itu beberapa kader perempuan Muhammadiyah juga pernah tercatat sebagai Komisioner KPU, seperti Endang Sulastri dan Endang Widahtiningtyas. Kader muda dari Nasyiatul Aisyiyah-Nurlia Dian Paramita saat ini juga menggawangi Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) sebagai Koordinator Nasional. Perludem sebagai organisasi kepemiluan dan demokrasi yang cukup bergengsi di Indonesia, pernah dipimpin oleh Titi Anggraini yang saat ini tercatat sebagai Dewan Pembinanya.

BACA JUGA :  Manise Indonesia Gali Permasalahan Perempuan dan Anak di Papua Barat Daya

Isu spesifik juga tidak kekurangan kepakarannya, seperti komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang berturut-turut dipegang oleh kader perempuan Muhammadiyah yakni Rita Pranawati yang dilanjutkan Diyah Puspitarini. Sementara pada struktur Dewan Pers, tidak tanggung-tanggung Ninik Rahayu terpilih sebagai Ketua.

Jika memiliki komitmen tinggi, aksesbilitas peran publik bagi perempuan bukanlah jalan yang sulit. Kaderisasi sejak dini dalam mempersiapkan mentalitas serta keterampilan spesifik tentu akan sia-sia jika hanya memberdayakan perempuan saja. Laki-laki juga harus memiliki perspektif yang sama agar mampu berjalan beriringan dan tidak merasa terlukai. Selamat Milad Muhammadiyah ke-111, terus cetak kader-kader terbaikmu untuk Bangsa Indonesia. (red)

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

17 − fifteen =

Trending

Ke Atas