Ekonomi

Sebotol Jus Anggur Berawal dari Kebun Depan Rumah

Sebotol Jus Anggur Berawal dari Kebun Depan Rumah


TERDEPAN.id, JAKARTA — Botol-botol plastik berisikan cairan berwarna ungu berjejer rapi di atas salah satu meja kecil dalam acara Bazaar UMKM Brilian yang diadakan BRI Kantor Cabang Kramat Jati pada pekan ini. Penataan terlihat sederhana namun ada cerita di balik hadirnya produk tersebut.


“Produk ini berawal dari kebun anggur kecil di depan rumah,” ujar salah satu penjaga tenant Grape Garden 9, Faiq Dinda.


Faiq mengaku telah menanam anggur di depan rumahnya bertahun-tahun. Namun, hasil panen biasanya hanya dibagikan tetangga dan dikonsumsi pribadi saja.


Tapi, saat panen anggur cukup melimpah sekitar Oktober 2019, Faiq mendapatkan usul dari salah satu anggota dasawisma RT 9 RW 04 Desa Munjul, Cipayung, Jakarta Timur yang diikutinya untuk mencoba mengolah anggur menjadi sesuatu yang lebih bernilai.

 


Kelompok ini pun akhirnya melakukan beberapa percobaan pengolahan anggur, mulai dari selai hingga akhirnya menemukan kecocokan takaran dengan dibuat jus. Setelah menemukan takaran yang pas untuk olahan jus, dengan modal Rp 250 ribu, kelompok ini menetapkan kelompok bernama Grape Garden 9 dan menjual olahan anggur menjadi jus.

BACA JUGA :  Bob Holzman, lansia berburu vaksin demi menari lagi


“Sembilan ini merujuk pada RT kami, terus anggota kami juga ada sembilan orang,” ujar Faiq.


Pada produksi pertama mereka hanya mampu membuat dan menjual 10 botol jus anggur. Namun, berkat promosi dari mulut ke mulut dan kegigihan anggota membawa produk jus ke berbagai acara, membuahkan hasil hingga bisa mengolah 150 botol dalam sekali produksi. Mereka pun akhirnya harus memasok anggur dari Bali hampir 100 kilogram untuk memenuhi kebutuhan.


Saat ini, menurut salah satu anggota lain dari Grape Garden 9 Rini Anggraeni, kelompoknya kini memanfaatkan kebun anggur yang ada untuk digunakan sebagai edukasi bagi orang-orang yang datang. Mereka pun kini sedang berusaha untuk membeli rumah produksi, agar tidak lagi mengontrak.


Kelompok ini pun sudah berada dalam bimbingan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta serta Bank Indonesia. “Tapi kami dikenalkan kepada pihak BRI, yang akhirnya membuat kami sering diajak untuk mengisi bazaar,” ujar Rini yang mengaku kelompoknya memang nasabah dari BRI.


Menurut Kepala Cabang BRI Kramat Jati Asep Suhendra, BRI memang melakukan berbagai bantuan kepada nasabahnya. Terlebih lagi, BRI juga dikenal dengan bank yang menaungi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

BACA JUGA :  KIOS WARGA, Sinergi Taspen dan BRI Sejahterakan ASN


“Makanya kalau nasabah kami yang punya potensi ini, kami bantu mereka untuk lebih terkenal dan punya nama dan usahanya semakin maju,” ujar Asep.





Sumber
Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

14 − 10 =

Trending

Ke Atas